
Kemudian Ibrahim meninggalkan mereka lagi untuk waktu tertentu sebagaimana dikehendaki Allah, lalu Ibrahim datang kembali setelah itu saat Ismail meruncingkan anak panahnya di bawah kemah dekat zamzam. Ketika dia melihatnya, dia segera menghampirinya dan berbuat sebagaimana layaknya seorang ayah terhadap anaknya dan seorang anak terhadap ayahnya.
Kemudian dia berkata, “Wahai Ismail, Allah memerintahkanku dengan suatu perintah.”
Ismail berkata, “Lakukanlah apa yang diperintahkan Tuhanmu.”
Ibrahim berkata lagi, “Apakah kamu akan membantu aku?”
Ismail berkata, “Ya, aku akan membantumu.”
Ibrahim berkata, “Allah memerintahkan aku agar membangun rumah di tempat ini.”
Ibrahim menunjuk ke suatu tempat yang agak tinggi dibanding
sekelilingnya.” Di dekat tempat itulah keduanya meninggikan pondasi
Baitullah, Ismail bekerja mengangkut batu-batu sedangkan Ibrahim yang
menyusunnya (membangunnya) hingga ketika bangunan sudah tinggi, Ismail
datang membawa batu itu lalu meletakkannya untuk Ibrahim agar bisa naik
di atasnya sementara Ismail memberikan batu-batu.
Keduanya bekerja sambil mengucapkan kalimat doa, “Wahai Tuhan kami,
terimalah (amal) dari kami sesunggunya Engkau Maha Mendengar dan Maha
Mengetahui.”
Keduanya terus saja membangun hingga mengelilingi Baitullah dan keduanya terus membaca doa,
“Wahai Tuhan kami, terimalah (amal) dari kami sesungguhnya Engkau Maha Mendengar dan Maha Mengetahui.” (QS. Al Baqarah: 127).
Setelah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail selesai membangun Ka’bah, maka keduanya berdoa,
“Ya Tuhan Kami terimalah dari kami (amalan kami), sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui–Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) di antara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadah haji Kami, dan terimalah tobat kami. Sesungguhnya Engkau Yang Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Baqarah: 127-128)
Allah Subhaanahu wa Ta’ala memuji Nabi-Nya Ismail ‘alaihissalam dan
menyifatinya dengan sifat hilm (santun), sabar, menepati janji, menjaga
shalat dan memerintahkan keluarganya menjaga shalat (QS. Maryam:
54-55).
Nabi Ismail menjadi rasul yang diutus kepada kabilah-kabilah yang
tinggal di sekitar sumur Zamzam, kabilah Jurhum, ‘Amaliq, dan penduduk
Yaman. Allah memberikan wahyu kepadanya.
Allah Subhaanahu wa Ta’ala berfirman,
“Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami telah memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang kemudiannya, dan Kami telah memberikan wahyu (pula) kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Ya’qub dan anak cucunya, Isa, Ayyub, Yunus, Harun dan Sulaiman. Dan Kami berikan Zabur kepada Dawud.” (QS. An Nisaa’: 163)
Nabi Ismail adalah nenek moyang bangsa Arab dan ia adalah orang
yang pertama memanah. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah
bersabda,
“Panahlah wahai keturunan Ismail, karena nenek moyangmu adalah seorang pemanah.” (HR. Bukhari)
Selesai dengan pertolongan Allah dan taufiq-Nya, wa shallallahu
‘alaa nabiyyinaa Muhammad wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa sallam. (kisahmuslim.com)
0 komentar:
Posting Komentar