Pages

Kamis, 03 Oktober 2013

Puisi ku- Imam Hadillah Muhfi I



Asa Dibungkus Prahara
(Ratapan Nusantara)

Karya : Imam Hadillah Muhfi
SMP Negeri 5 Batusangkar

Mega mendung bersemi dibalik lembayung
Menyeruak teriak mengalun senandung
Menggulung bingung menebar tanya
Mematri leluka mematung derita


Nestapa merantai tiada bertepi
Duka meraung lara meratap 
Digerogoti murka tiada berujung
Angkara meluluhlantakkan batin senja
menghentak  zamrut  khatulistiwa
menghunus tikam  megah paru dunia
Menjama  jiwa penuh harap dan asa 
           
Di tanah negeriku menulis sejuta cerita
Mengukir sejuta rasa
Menambah deretan panjang tragedi nista
Tak serawut wajahpun menutup mata
Memahat duka mengganti cerita cinta

 Bala menghentak hentak tak henti
Digulambai gemulai di atas permadani
Merintih jiwa lemah dan separuh mati
Meratap, meraung rasa tiada henti
Mengharap asa yang tak kunjung menghampiri
Memperpanjang cerita sejarah sarat arti

Asa dan cita harap tertancap dan terpanah
Musnah ditelan kealfaan dan  keserakahan
Oleh tangan jahil tirani dan kesewenangan
Meluluhlantakkan jiwa-jiwa keagungan
Memporakporandakan gita cita jiwa kemuliaan

Jiwa-jiwa tirani haus gila hormat
Raga-raga kekar lapar gila jabat
Menghalalkan segala cara dan kiat
Ambisi baja segala yang ingin didapat

Jiwa-jiwa tak berdosa bias amarah
Jiwa-jiwa tak bernoda bias serakah
Membiru haru pertiwi bersimbah nanah
Menganak sungai merahnya darah
Membumi belulang melantai tanah
Menggunung temulang melangit
Meriuh rendah melayang arwah
Tak terhingga jasad jenazah

Sejuta harapan segunung impian
Menggelantung tinggi di balik awan
Hilang perlahan ditelan kekejaman
Pupus putus dilalap kezaliman
Kandas..tandas..tuntas..dalam keserakahan

Mimpi indah bertahta mahkota
Lenyap seketika diujung malam menjelang pagi
Menghalau segala igau dan pukau pulau impian
Rangka cerita terbengkalai digoncang prahara topan

Merah putih tetaplah berkibar tegar
Dalam dera dan amuk gelombang pusar
Dalam hentakan dan tindasan jiwa kasar
Diselimuti raung raungan setan
Memekik memecah gendang telinga

Ibu negeriku menggenggam diam
Dalam aku mengidap paham
Bermenung sambil bergumam
Tak adakah lagi hutan damai di Kalimantan
Tiadakah lagi sepermai Lembah Harau
                                                                                        
Tak kunjung usai api bergelora,
Mencari buliran bening  pembasuh luka,
Menggapai butiran penghapus noda
Nisan-nisan tua membingkai sejarah
Pejuang tanpa lencana saksi bisu
Cerita abadi kian lenyap ditelan masa

Tetaplah merah putih berkibar kobar
Bertengger pada puncak tertinggi
Menyelamatkan semua kejayaan kita
BANGSA INDONESA.

---ooo the end ooo---

0 komentar:

Posting Komentar